Antara Mei dan Juli tahun 2020, ratusan gajah mati ditemukan di dekat panhandle Okavango, di barat laut Botswana, melaporkan. Gajah gajah ini ditemukan di dekat lubang air dan foto foto menyedihkan menunjukkan bahwa mereka telah jatuh lebih dulu ke tanah, menandakan kematian mendadak. Gajah sakit lainnya kurus kering, lemah, dan hampir tidak bisa berjalan.
Beragam penelitian dilakukan untuk menemukan penyebab dari kematian ratusan gajah ini. Meski awalnya sempat membingungkan, para ilmuwan akhirnya berhasil menemukan penyebab kematian ratusan gajah di Botswana. Melansir dari , racun dalam air yang dihasilkan oleh bakteri membunuh lebih dari 300 gajah di Botswana tahun ini, kata para pejabat, Senin.
Pengumuman mengejutkan ini adalah hasil dari penyelidikan selama berbulan bulan atas kematian yang membingungkan dan membuat khawatir para konservasionis. Para ahli sebelumnya takut keracunan massal disebabkan oleh pemburu, tetapi mamalia besar itu sebenarnya dibunuh oleh Cyanobacteria organisme mikroskopis yang umum di air dan kadang kadang ditemukan di tanah. Tidak semua menghasilkan racun tetapi para ilmuwan mengatakan racun terjadi lebih sering karena perubahan iklim yang meningkatkan suhu global.
Cyril Taolo, wakil direktur Departemen Satwa Liar dan Taman Nasional, mengatakan pada konferensi pers jumlah bangkai gajah yang ditemukan sejak kematian pertama kali dilaporkan sekitar awal Mei telah meningkat menjadi 330, dari 281 pada Juli. "Apa yang baru kami ketahui saat ini adalah bahwa itu adalah racun yang disebabkan oleh cyanobacteria," kata Taolo, menambahkan jenis racun saraf tertentu belum ditetapkan. Pihak berwenang akan memantau situasi selama musim hujan berikutnya, dan Taolo mengatakan untuk saat ini tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa satwa liar Botswana masih terancam karena para pejabat tidak lagi melihat kematian.
Petugas kedokteran hewan utama departemen itu, Mmadi Reuben, mengatakan pada konferensi pers yang sama bahwa pertanyaan tetap ada mengapa hanya gajah yang terpengaruh. Hewan lain di wilayah Okavango Panhandle tampak tidak terluka. Beberapa cyanobacterial dapat membahayakan manusia dan hewan, dan para ilmuwan prihatin tentang potensi dampaknya karena perubahan iklim menyebabkan suhu air yang lebih hangat, yang disukai banyak cyanobacteria.
Suhu Afrika Selatan meningkat dua kali lipat rata rata global, menurut Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim. "Ini sama saja dengan memiliki kondisi yang tepat, pada waktu yang tepat, di tempat yang tepat dan bakteri ini berkembang biak dengan baik," kata Patricia Glibert, profesor di Pusat Ilmu Lingkungan Universitas Maryland, yang telah mempelajari cyanobacteria, kepada Reuters. "Kondisi ini tak hanya terjadi di satu tempat melainkandi lebih banyak tempat, jadi kami melihat lebih banyak bakteri beracun ini di seluruh dunia."
Di negara tetangga Zimbabwe, sekira 25 bangkai gajah ditemukan di dekat taman nasional terbesar di negara itu dan pihak berwenang mencurigai mereka mati karena infeksi bakteri. Hewan hewan itu ditemukan dengan gading utuh, mengesampingkan perburuan dan keracunan yang disengaja. Otoritas taman yakin gajah menelan bakteri saat mencari makanan.
Bangkai ditemukan di dekat sumber air. "Kami mempertimbangkan kemungkinan cyanobacteria tetapi kami tidak memiliki bukti bahwa inilah yang terjadi di sini (di Zimbabwe)," kata Chris Foggin, seorang dokter hewan di Victoria Falls Wildlife Trust, yang menguji sampel dari gajah mati dari Zimbabwe dan Botswana. Zimbabwe telah mengirim sampel ke Inggris dan sedang menunggu izin untuk mengirim sampel kedua dari negara lain, kata Foggin.
Populasi gajah Afrika secara keseluruhan menurun karena perburuan, tetapi Botswana, rumah bagi hampir sepertiga gajah di benua itu, telah mengalami peningkatan jumlahnya menjadi sekira 130.000.