Dalam dunia psikoterapi, ada berbagai macam pendekatan yang digunakan oleh para profesional untuk membantu individu menghadapi tantangan emosional dan psikologis. Dua pendekatan yang sering dibahas adalah pendekatan eksistensial dan terapi kognitif perilaku (CBT). Meskipun memiliki tujuan yang sama, yaitu meningkatkan kesejahteraan psikologis klien, kedua metode ini memiliki prinsip yang berbeda dalam penerapannya.
Pengantar Pendekatan Eksistensial
Pendekatan eksistensial berfokus pada pertanyaan mendasar tentang makna hidup dan eksistensi manusia. Terapi ini muncul dari filsafat eksistensialisme yang dipopulerkan oleh tokoh-tokoh seperti Søren Kierkegaard, Friedrich Nietzsche, Jean-Paul Sartre, dan Martin Heidegger. Pendekatan ini membantu klien menghadapi isu-isu yang terkait dengan kebebasan, tanggung jawab, isolasi, dan kematian, yang dianggap sebagai bagian alami dari pengalaman manusia.
Dalam terapi eksistensial, terapis tidak memberikan solusi konkret atas masalah klien, melainkan mendampingi klien dalam memahami makna dari pengalaman hidup mereka. Tujuan utamanya adalah membantu individu menemukan nilai dan tujuan hidup mereka sendiri. Pendekatan ini menekankan pentingnya otentisitas, yaitu hidup sesuai dengan nilai-nilai pribadi dan tidak hanya mengikuti norma-norma sosial.
Prinsip Terapi Kognitif Perilaku (CBT)
Berbeda dengan pendekatan eksistensial, terapi kognitif perilaku (CBT) lebih terstruktur dan fokus pada masalah spesifik yang dihadapi klien. CBT dikembangkan oleh Aaron Beck pada tahun 1960-an dan didasarkan pada premis bahwa pikiran, perasaan, dan perilaku saling terkait. Dalam CBT, masalah psikologis dianggap muncul dari pola pikir yang tidak rasional atau distorsi kognitif yang memengaruhi perasaan dan perilaku individu.
Tujuan utama CBT adalah membantu klien mengidentifikasi dan mengubah pola pikir negatif atau tidak akurat yang memengaruhi emosi dan tindakan mereka. Misalnya, jika seseorang memiliki keyakinan bahwa mereka selalu gagal dalam segala hal, CBT akan membantu mereka mengevaluasi ulang keyakinan tersebut dan mencari bukti yang menunjukkan sebaliknya. Selain itu, CBT juga melibatkan pengajaran keterampilan praktis yang dapat digunakan klien untuk menghadapi situasi-situasi yang menantang di masa depan.
Perbedaan dan Persamaan Antara Pendekatan Eksistensial dan CBT
Meskipun pendekatan eksistensial dan CBT tampak berbeda, keduanya memiliki beberapa persamaan dalam hal tujuannya. Kedua metode bertujuan untuk membantu individu mencapai kesejahteraan psikologis, meskipun caranya berbeda. Pendekatan eksistensial lebih bersifat reflektif dan filosofis, sedangkan CBT lebih bersifat praktis dan berfokus pada perubahan perilaku.
Salah satu perbedaan utama antara keduanya adalah dalam cara terapis berinteraksi dengan klien. Dalam terapi eksistensial, terapis cenderung lebih pasif dan mendengarkan dengan empati, memungkinkan klien menemukan solusi mereka sendiri. Sebaliknya, dalam CBT, terapis lebih aktif dalam memberikan panduan dan strategi untuk membantu klien mengubah cara berpikir dan berperilaku mereka.
Kapan Pendekatan Eksistensial atau CBT Digunakan?
Pendekatan eksistensial sering kali cocok digunakan untuk klien yang mencari makna dalam hidup mereka atau mengalami krisis identitas, kebingungan eksistensial, atau perasaan terisolasi. Pendekatan ini cocok bagi mereka yang ingin lebih memahami diri mereka sendiri dan tujuan hidup mereka.
Di sisi lain, CBT lebih efektif untuk menangani gangguan seperti depresi, kecemasan, gangguan obsesif-kompulsif (OCD), atau fobia. CBT memberikan klien alat yang konkret dan langsung untuk mengatasi masalah psikologis yang mereka hadapi sehari-hari.